Hijrah ke New Zealand

Hmm.. Ada banyak sekali hal yang dari dulu kepengen saya tulis, tapi berhubung postingan kali ini akan tersimpan di arsip yang paling awal, jadi saya putuskan untuk menceritakan sedikit latar belakang mengenai tempat dimana saya tinggal saat ini – Agar postingannya bisa urut (pegel kalee diurut)

SO! Sedikit mundur ke tahun 2014…

Saat itu salah beberapa sepupu dan juga keluarga paman saya kebetulan sedang di tinggal di New Zealand (NZ). Kemudian muncul rencana dari beberapa om dan tante lainnya untuk berkunjung ke negeri domba ini untuk menengok adik dan keponakannya. Walaupun dalam hati saya kepengen sekali untuk ikut, tapi waktu itu kondisi dan keadaan finansial sebenernya sedang tidak memungkinkan. Tapiii… ayah saya yang sudah lebih dahulu kesana extremely insist saya untuk pergi, dan tidak pikir panjang booking tiket untuk saya. OMG!! Senang sudah pasti, tapi karena beberapa alasan akhirnya saya pergi dengan sedikit guilty feeling – pergi dengan uang orang tua dannn.. pada saat itu saya sedang on fire ingin fokus memulai bisnis kecil.

Singkat cerita, akhirnya saya tiba di ibukota kecil New Zealand, Wellington bersama 10 anggota rombongan 😀

Setiap hari tante saya yang sekaligus menjadi tour guide mengajak kita keliling kota (tidak mengendarai delman supaya baik jalannya). Setiap tempat yang kami kunjungi ituuu permisaah… bak obat tetes mata yang menyegarkan pandangan, bak Kasturi yang wangi tuk dihirup, bak teh botol tuk berbuka puasa yang menyegarkan tubuh.

Terlebih lagi ketika kami berkunjung ke Queenstown sebuah kota di pulau selatan NZ. Sekitar 15 menit sebelum mendarat, rombongan kita bak teroris yang hendak membajak pesawat..

Allahu Akbar

Subhanallah

Allahu Akbar

Yaa Allah

Kurang lebih begitu ekspresi kami melihat keindahan bukit-bukit dari ketinggian di pesawat. Sambil terpana, saya juga geli membayangkan apa yang ada di pikiran penumpang-penumpang bule akan ekspresi kekaguman kami tadi. heheee..

Menyingkat kembali cerita, saya memiliki kesan kalo NZ is one paradise on earth. Berharap suatu hari dapat kembali, dan keluarga saya yang lainnya juga bisa menyaksikan keindahan tersebut.

Saat itu saya memutuskan untuk mencari pengalaman disini, jadi saya stay selama 3 bulan. Walaupun pada akhirnya, ternyata impossible untuk bisa bekerja disini kecuali dengan working visa, namun saya  berhasil volunteer di Social Prevention of Cruelty toward Animal (SPCA) dan juga pendaftaran kuliah saya di salah satu universitas disini berhasil diterima – sampai saat ini saya masih terdaftar sebagai calon mahasiswa, tapi belum terpikir untuk benar-benar kuliah lagi.

Dalam waktu 3 bulan itu, tante saya mengenalkan saya pada teman-teman Indonesia yang tinggal disini, salah satunya perempuan yang juga baru pindah tinggal di Wellington bersama partnernya yang berkebangsaan Itali. suatu hari saya berkunjung ke rumahnya dan wooooooowww.. rumahnya bak (OK, enough with the ‘bak’) rumah-rumah impian yang biasa saya lihat di majalah desain. Jendela besar di penjuru ruangan menghadap ke laut dengan langit dan lautan yang biru. Terpana, dalam hati saya membayangkan suatu saat mau tinggal di rumah dengan pemandangan seperti itu.

img-20140620-wa0015
This is her everyday view

 

***

Beberapa minggu sebelum saya kembali ke Indonesia, saya diajak tante saya menghadiri acara ulang tahun anak salah satu temannya. Hmmm.. siapa ya, dan ngapain juga dateng ke acara ultah anak-anak. Padahal hari itu saya cuma pake yoga pants dan sweater habis olahraga di bay, tapi tante saya kekeuh menjemput saya untuk hadir ke acara ultah ini.

Sembilan bulan kemudian saya baru tau bahwa semua itu adalah modus! karena setelah saya menikah, saya baru diceritakan tentang setup perjodohan di acara ulang tahun itu. Yap, saya menikah dengan adik – temannya – tante saya itu. Nah loh! yah pokoknya begitu deh.. hihihihi.. bagus ya modusnya *mesem-mesem

Nanti saya bikin posting tersendiri tentang “how we met and decided to get married”. Tapi itu lah ceritanya bagaimana saya bisa pindah kesini. Saya ikut suami tercinta yang memang dari kecilnya sudah hidup disini. Dan sebagaimana cerita di film Disney, sang putri akhirnya tinggal di rumah impian dengan jendela besar menghadap laut.

1425531449251
My everyday view

Alhamdulillah..

Up until today, there is no day goes by without me saying Subhanallah for everything that i’m seeing around me.

Except on winter! lebih banyak “Astaghfirullah” keknya. hahahahh

Anyway sama-sama zikir kan. solehah yak?

 

Featured photo credit: WoolsNZ

 

Leave a comment